Apapun ibadah yang kita kerjakan jangan sampai mengalami kehampaan makna spiritual, misalnya sholat tidak sekedar menghadap karpet atau sajadah tetapi berasa sensasinya berada di istiqbal ketika berucap mustaqbilal qiblati. Maka Haji sebagai sebuah ibadah yang sarat dengan simbol dan makna spiritual, sejatinya harus dipahami dengan benar oleh jamaah haji. Sebab dengan mengerti, memahami dan menghayati makna tersirat dari yang tersiratlah ibadah haji akan bermakna.
Berhaji dengan ritual fisik tanpa memahami makna sama dengan ritual ulangan yang jauh dari nilai religiusitas. Dan itu adalah ibadah yang kering dengan makna. Seorang yang bergelar haji diharapkan menjadi agen perubahan untuk membawa manusia ke arah yang baik.
Seorang yang bergelar haji adalah seorang yang telah memahami makna hidup dengan benar. Tentu perilaku dan tindak tanduknya secara kualitatif-kuantitatif menjadi baik. Akan menjadi antiklimaks apabila haji hanya dipahami sebagai ibadah simbol dan itu tidak termanifestasi dalam realitas kehidupan di masyarakat.
Haji memang dilakukan di tanah suci tapi sejatinya haji itu adalah di tanah air. Rukun dan syaratnya dilakukan di Mekkah, tapi aplikasi haji itu adalah di Indonesia. Haji yang penuh dengan makna paripurna itulah sesungguhnya makna spiritual ibadah haji. Bukan hanya sekedar bergelar haji atau hajjah. Wallahu a’lam.