Saudara-saudaraku yang baru kembali dari haribaan Ka'bah yang mulia, dari jejak langkah Rasulullah SAW di bumi para Nabi...
Tahukah kalian, debu-debu tanah suci yang masih melekat di pakaian kalian bukanlah sekadar kotoran biasa. Ia adalah saksi bisu akan rintihan doa di Arafah, linangan air mata di Muzdalifah, dan getaran hati di Masjidil Haram. Ia adalah amanah agung yang kini kalian bawa kembali ke tanah air tercinta.
Para ulama, pewaris risalah kenabian, dengan mata yang berbinar namun penuh haru, menatap wajah-wajah kalian. Mereka melihat pancaran nurani yang sempat tersentuh kemuliaan Baitullah. Namun, di balik kebahagiaan itu, tersembunyi sebuah pesan mendalam, sebuah wasiat yang terukir dalam setiap helaan napas mereka.
"Wahai hamba-hamba Allah yang telah Allah muliakan dengan ziarah ke rumah-Nya," seru seorang alim dengan suara lembut namun sarat makna. "Ketahuilah, perjalanan suci ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah permulaan yang agung."
Beliau mengutip firman Allah SWT dalam Surah Al-Ankabut [29]: Ayat 45:
"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) sungguh, mengingat Allah (melalui salat) itu lebih besar (keutamaannya). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
"Salat yang kalian tegakkan di tanah haram, dengan kekhusyukan yang mungkin belum pernah kalian rasakan sebelumnya, janganlah luntur sekembalinya kalian. Jadikanlah ia benteng kokoh yang menghalangi kalian dari perbuatan keji dan mungkar di bumi pertiwi ini."
Ulama lain dengan suara bergetar menambahkan, "Saudara-saudaraku, sentuhan Ka'bah telah membersihkan lahir dan batin kalian. Jangan kotori kembali kesucian itu dengan lisan yang penuh dusta dan ghibah, dengan tangan yang gemar berbuat aniaya, dan dengan hati yang dipenuhi prasangka buruk."
Beliau mengutip sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam."
"Ingatlah, setiap perkataan dan perbuatan kalian akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Jadikanlah lisan dan perbuatan kalian cerminan akhlak mulia yang telah kalian saksikan di tanah suci."
Seorang syaikh yang tampak bijaksana menimpali dengan nada penuh harap, "Wahai para duyufurrahman (tamu-tamu Allah), ibadah umroh adalah madrasah kehidupan. Kalian telah belajar tentang kesabaran dalam antrean thawaf, tentang persaudaraan dalam wukuf di Arafah, dan tentang kerendahan hati di hadapan kebesaran Allah. Jangan tinggalkan pelajaran berharga ini di tanah suci."
Beliau merujuk pada firman Allah SWT dalam Surah Al-Hujurat [49]: Ayat 10:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."
"Tunjukkanlah ukhuwah Islamiyah yang telah kalian rasakan di antara jutaan muslim dari berbagai penjuru dunia. Rangkullah saudara-saudara kalian di tanah air dengan kasih sayang dan persaudaraan sejati."
Di akhir nasihat, seorang ulama sepuh dengan air mata yang menetes perlahan berpesan, "Anak-anakku, kembalinya kalian dari tanah suci adalah ujian yang sesungguhnya. Apakah kalian mampu menjaga semangat ibadah yang membara di sana? Apakah kalian mampu mengamalkan nilai-nilai luhur yang telah kalian serap? Jangan biarkan kerinduan pada Ka'bah hanya menjadi kenangan indah semata, namun jadikanlah ia motivasi abadi untuk terus mendekatkan diri kepada Allah hingga akhir hayat."
Beliau mengutip hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah RA:
"Islam itu dimulai sebagai sesuatu yang asing, dan akan kembali menjadi sesuatu yang asing, maka berbahagialah orang-orang yang asing (karena tetap teguh dengan ajaran Islam)."
"Jadilah bagian dari golongan yang asing itu, yang tetap teguh dalam keimanan dan ketaatan meskipun tantangan duniawi menghadang. Jadikanlah umroh sebagai titik balik kehidupan, menuju ridha Allah yang abadi."
Suasana menjadi hening, menyisakan getaran emosi yang mendalam di hati setiap jamaah. Nasihat para ulama bagaikan oase di tengah gurun kehidupan, mengingatkan akan tujuan hakiki dan tanggung jawab besar setelah meraih kemuliaan di tanah suci. Air mata haru menjadi saksi bisu akan janji untuk menjadi hamba Allah yang lebih baik, untuk menjaga amanah umroh hingga akhir hayat.
#Nasehat Rosyaifah